Selasa, 27 April 2010

Black Swan - Medco Salah Satunya

Bulan lalu saya menerima kado ulang tahun sebuah buku berbau filsafat, Black Swan dari seorang teman. Black Swan ditulis oleh Nassim Nicholas Taleb, seorang berkebangsaan Lebanon dan mempunyai predikat jawara esais sastra, sekaligus empirisis, filosof, pialang, mendalami masalah luck, ketidakpastian, probabilitas, dan sekarang menjadi dosen Manajemen Resiko di Courant Institute of Mathematical Sciences di NY University. Anda sudah dapat bayangkan, bagaimana isi buku yang digagas oleh seseorang dengan spesialisasi yang karut-marut seperti itu. Angsa Hitam, istilah yang diberikan oleh Taleb terhadap peristiwa-peristiwa yang sulit diprediksi, penuh dengan surprise, dramatis, tidak linear, dan sangat jarang terjadi. Sukses luar biasa Google adalah suatu Angsa Hitam. Begitu pula dengan Perang Dunia I, malapetaka 11 September 2001, dan masih banyak lagi, seperti tokoh Harry Potter, kesuksesan Amazon.com dan fenomena eBook.

Angsa Hitam diambil dari cerita bangsa Eropa yang sampai abad 17 masih menganggap bahwa semua angsa berwarna putih. Ketika diketemukan benua Australia di abad 18, mereka sangat terkejut bahwa disana ada angsa berwarna hitam. Fenomena bahwa angsa selalu hancur luluh dan mengubah keyakinan dan cerita rakyat karena adanya binatang aneh dilain benua. Peristiwa Angsa Hitam mengingkari kelinearan suatu proses, menghujat kurva normal, dan menafikkan ekstrapolasi matematis dengan pendekatan least square. Untuk skala lokal, banyak kejadian Angsa Hitam bisa disebutkan. Kesuksesan SOSRO membuat produk Teh Botol adalah suatu Angsa Hitam, kejatuhan Soeharto dari tahta kekuasaan, yang baru 6 bulan direngkuhnya kembali, juga Angsa Hitam dan jangan lupa fenomena bertahannya ekonomi Indonesia dari krisis global 2008, setelah dikejutkan dengan lonjakan harga minyak bumi, sama sekali tidak diprediksi oleh ahli ekonomi manapun.


Peristiwa Angsa Hitam mengajarkan manusia untuk mengantisipasinya. Apabila manusia terlena dan menyerahkan proses selanjutnya kepada alam, maka Angsa Hitam yang positifpun akan melindas mereka yang pernah bersuka-ria menikmatinya. Angsa Hitam jangan diharapkan untuk datang setiap saat, atau bahkan setiap dibutuhkan. Ia hanya datang sekali dan tidak diketahui kapanakan akan berulang.


Secara lebih spesifik, saya melihat bahwa kesuksesan MEDCO menemukan giant field Kaji-Semoga adalah Angsa Hitam. Siapa sangka bahwa perusahaan nasional Oil & Gas yang baru seumur jagung, setelah "dipaksa" mengakuisi 2 operasi perminyakan Amerika, pernah masuk "One hundred BOPD Companies" di Indonesia, yang konon pada waktu itu hanya berjumlah 3. Tetapi, sekali lagi, Angsa Hitam tidak berulang. Kaji-semoga hanya sekali dan sudah 15 tahun dicari tak kunjung tiba. Celakanya, manusia yang ada di dalamnya tidak melakukan antisipasi dengan benar bahwa Si Angsa Hitam Kaji-Semoga hanya muncul 1 kali. Mereka harus bekerja keras untuk memelihara Angsa Hitam dan "menggemukkannya". Mereka masih terlena dengan euphoria kebesaran sang Angsa 15 tahun silam. Presentasi Q2-2009 yang diadakan di BumiKarsa, 2 hari yang lalu membuat keprihatinan mendalam bagi yang hadir. Angsa Hitam kurang dipelihara. Semua indikator bisnis yang disajikan menunjukkan penurunan kinerja yang mengkhawatirkan. Produksi minyak turun drastis dari sekitar 90.000 BOPD di tahun 2002 menjadi hanya 36.000 BOPD di tahun 2009, (turun rata-rata : 14%/tahun), sementara itu Cost/BOE menjulang keatas dari USD 3.0/BOE di tahun 2002 menjadi USD 11.3/BOE di tahun 2009 (naik rata-rata : 27%/tahun). Sementara itu, Warehouse stock bahkan naik dari USD 38 juta diawal tahun 2008, menjadi USD 58 juta di Juli 2009. Dan AUC yang saat ini siap di close out, tetapi belum juga dilakukan, sebesar USD 130 juta, sehingga cost recovery belum bisa ditagih. Statistik SHE jauh dari menggembirakan dan belum ada tanda-tanda membaik. Masih banyak indikator yang mengharuskan kita bekerja keras dan lebih keras, sesuai dengan porsi dan lingkupnya masing-masing, dalam satu tim yang kompak dan lebih kompak lagi. Masing-masing pekerja dituntut agar berusaha agar kinerja yang dituntut bisa terpenuhi. Moga-moga, Si Angsa Hitam MEDCO bisa lebih sehat, lebih gemuk, dan atau malahan, Insya Allah, melahirkan Angsa Hitam baru yang "menyangkal" teori Taleb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar