Selasa, 27 April 2010

Kegigihan Yang Dibutuhkan

Saya sedang menonton siaran TV di lounge BCA Bidakara, lantai 1, sambil menunggu pelayanan dari petugas customer service, ketika tiba-tiba seorang laki-laki sepuh yang duduk disamping, menegur saya. Terkesan dia berwajah oriental, badannya tegap dan langsing, tinggi sekitar 175 cm dan rambut masih tebal dan berwarna hitam pekat. Meskipun wajahnya cukup familiar, saya tak berhasil mengingat siapa dia. Tak terasa, pembicaraan kami menjadi semakin hangat dan bersemangat. Kami mendiskusikan hal-hal yang sedang in di masyarakat dengan tone suara yang tegas, penuh percaya diri, tetapi tetap ramah. Bapak tadi, tanpa sedikitpun kehilangan semangat, mencoba meng encourage saya, dan juga mungkin dimaksudkannya kepada seluruh bangsa Indonesia, untuk tetap optimis terhadap Negara kita. "Saat ini, banyak orang pinter, tapi sangat sedikit yang mencintai Negara ini". Kalimat ini membuat saya terhenyak dan spontan saya tukas. "Maaf pak, anda ini siapa?". Dengan nada yang semakin percaya diri, dia menjawab : "Saya Tan Joe Hok". Ada kekuatanan dari dalam yang menggerakkan saya untuk langsung berdiri, menghormat kepadanya dan mengulurkan tangan sekali lagi, untuk menjabat erat genggamannya. "Pak Tan, saya pengagum anda sejak 50 tahun lalu". Dan saat itu saya bertemu dengan idola saya yang reportase permainan bulutangkisnya, hanya saya dengar dari siaran RRI. " I am proud of you pak".

Tan Joe Hok memang salah satu legenda bangsa ini. Ketika Indonesia, yang dianggap masih hijau, tiba-tiba mengagetkan olahraga bulutangkis dunia dengan menjuarai All England pada tahun 1959. Dan pahlawan itu bernama Tan Joe Hok. Joe Hok, penyandang minoritas ganda di Tanah Air tercinta ini, ternyata mampu membuktikan bahwa Indonesia mempunyai pejuang kelas dunia, dengan mengalahkan pemain-pemain bulutangkis legandaris dunia, Erland Kops dan Finn Kobbero dari Denmark. Prestasi dunia Joe Hok bermula dari kejuaraan beregu Thomas Cup, 1 tahun sebelumnya, ketika regu Indonesia mengalahkan Malaya (sebelum Negara itu berubah nama menjadi Malaysia) dengan skor telak 6-3. Tan Joe Hok, mahasiswa Jurusan Teknik Kimia, Universitas Baylor, Texas, Amerika, harus membiaya dirinya sendiri, untuk pulang kampung dan membela Tanah Airnya, sebagai duta bangsa di ranah bulutangkis dunia. Setelah itu, masih ada beberapa seri kejuaraan Thomas Cup dan All England yang dijuarainya sampai kemudian dia menjadi pelatih profesional di Meksiko dan Hongkong. Tan Joe Hok mempunyai banyak sweet memory dalam menggeluti olahraga bulutangkis di arena dunia, termasuk dengan Bung Karno, Presiden RI pada waktu itu. Setelah tim Indonesia berhasil menjadi juara Thomas Cup 1961 di Jakarta, Joe Hok segera kembali ke Texas untuk meneruskan kuliahnya dan menyadari bahwa Bung Karno telah mengirim amplop berisi uang USD 1.000,-. Suatu jumlah uang yang besar untuk waktu itu. Tapi apa yang dilakukannya? Melalui Prof Dr Prijono, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Joe Hok mengembalikan amplop tersebut utuh, kepada si pengirim. Ya, si pengirim itu adalah Bung Karno, Presiden republik Indonesia, Pemimpin Besar Revolusi. "Saya sangat menghormati penghargaannya, tetapi banyak anak bangsa lainnya yang lebih membutuhkan beasiswa itu dibanding saya. Saya jauh lebih beruntung dibanding mereka". Saya tidak bisa membayangkan hal itu akan terjadi hari ini.



Tan Joe Hok telah memenuhi semua hal untuk menjadi outliers seperti yang disyaratkan oleh Malcom Gladwell dalam buku best seller Outliers. Dia mempunyai bakat, kegigihan, kecerdasan, dukungan, kerja keras dan kesiapan untuk beruntung. Satu yang menonjol yang dimiliki Tan Joe Hok, bahkan sampai saat ini adalah perseverance. Kegigihan bercampur dengan ketekunan untuk mencapai suatu hasil yang luar biasa. Sulit untuk dibayangkan bahwa Tan Joe Hok akan menjadi legenda bulutangkis Indonesia dan dunia kalau sejak muda dia tanpa kegigihan dan ketekunan. Gigih untuk terus menyiapkan diri menjadi yang terbaik dan tekun untuk tidak cepat menyerah bila mengalami kegagalan. Perilaku ini, ternyata juga menjadi salah satu hal yang tertera di MedcoEnergi Leadership Statement. Suatu perilaku yang harus ditampilkan agar tata-nilai Profesional bisa terwujud. Suatu kebiasaan yang harus otomatis keluar bila kita menghadapi tantangan. Dan kebiasaan yang harus selalu ditanamkan kepada seluruh anggota organisasi. Saya manggut-manggut, tanda setuju, ketika membaca kutipan seorang satrawan besar Inggris, Samuel Johnson tentang hal ini : Great works are performed not by strength but by perseverance.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar