Selasa, 27 April 2010

Inovasi Atau Mati

James Wiseman baru saja diangkat sebagai VP of Corporate Affairs Toyota Manufacturing di Amerika Utara. Pada kesempatan monthly meeting pertama dengan para eksekutif di tempat kerjanya, dengan bangga dan hati berbunga-bunga, Wiseman melaporkan hasil kinerja positif yang telah diraih grupnya selama bulan lalu. Tetapi, belum selesai dia berbicara, Fujio Cho, atasannya, memotong laporan itu dengan kata-kata sanjungan yang berbau cynical. "Jim san, anda adalah pekerja yang hebat, oleh sebab itu kami mengangkat anda untuk menduduki jabatan VP di perusahaan ini. Jadi, semua kesuksesan anda bukanlah sesuatu yang harus kami dengar terlebih dahulu. Meeting ingin mendengar problem apa yang anda hadapi untuk kita pecahkan bersama. Kesuksesan adalah hal penting yang harus dicatat, tetapi kegagalan dan problem jauh lebih penting untuk dicermati, karena ia akan membawa kita kearah yang lebih baik". Cerita diatas menimbulkan pertanyaan-pertanyaan baru untuk kita : "Apa hubungan antara problem dan inovasi? dan mengapa inovasi harus dihadapkan head to head dengan kematian seperti judul artikel ini?. Mengapa harus menggunakan judul artikel yang begitu kejam ?

Kalau anda mau survive, inovasi memang suatu aktivitas yang tidak bisa ditawar lagi bagi dunia usaha. Kompetisi semakin ketat, tuntutan semakin berat dan lingkungan usaha, internal dan eksternal, bergejolak tak bisa ditebak. Iklim berkompetisi memang sudah sedemikian kejam. Satu-satunya cara agar anda tetap hidup ajeg adalah dengan inovasi. Pelarangan iklan rokok di TV adalah salah satu contoh. Menyadari bahwa industri rokok tidak bisa hidup tanpa iklan, Sampoerna mengakali dengan film yang berbau gaul, tanpa ada kata dan gambar rokok dalam tayangannya. Muncullah slogan seperti "Tak ada loe, nggak rame". Gambar rokok tidak ada, apalagi mempromosikan rokok, tapi orang dengan gampang mengasosiasikan iklan itu dengan rokok Sampoerna Hijau. Cerita tentang kehidupan di alam nyata di iklan itu adalah kamuflase semata-mata. Yamaha dengan Mio nya, idem ditto. Yamaha tahu persis bahwa motor bebeknya kurang bisa bersaing dengan Honda. PT Yamaha Motor Kencana Indonesia, mengenalkan produk Mio, motor tanpa persneling, yang lebih mudah ditunggangi para wanita. Kalau pada tahun 2003, tahun pertama dikenalkan Mio ke pasaran lokal, mereka hanya berhasil menjual 1000 ribuan unit saja per bulan, saat ini Yamaha mencatat penjualan 114.000 unit per bulan, atau naik 114 kali dalam waktu hanya 6 tahun. Ia mengungguli motor-motor lainnya, termasuk Honda dan, apalagi Suzuki. Memang, seandainya Yamaha tidak berhasil menemukan Mio, maka hari ini kita tidak akan melihat motor Yamaha di jalanan ibukota. Inovasi memang bukan hanya 1 pilihan dari beberapa alternatif, tetapi sudah merupakan satu-satunya pilihan dalam mempertahankan hidup berniaga. Kita bisa bayangkan bagaimana kelamnya dunia saat ini, jika dulu James Watt tidak pernah menemukan Mesin Uap, Wright bersaudara tidak bersinggungan dengan pesawat terbang, Marconi tanpa pesawat radio dan Michael Faraday tidak menjadi Bapak Listrik Dunia.

Lalu, apa hubungan antara Inovasi dengan problem?. Toyota mempunyai konsep bahwa identifikasi masalah merupakan cikal bakal lahirnya inovasi. Setelah problem diidentifikasi, lantas dicermati untuk dicarikan jalan keluar bersama menuju perbaikan, diukur dan selalu dikelola, maka kumpulannya menjadi suatu perbaikan yang luar biasa. Peter Drucker, bapak modern management dunia, dalam bukunya The Practice of Management menyatakan bahwa musuh inovasi adalah kepuasan dan pengisolasian diri. Kalau anda merasa bahwa organisasi anda tanpa masalah, semuanya lancar, keuntungan tidak pernah turun mengagetkan, survai kepuasan pekerja oke-oke saja, dan informasi-informasi yang menggembirakan lainnya, maka tunggu tanggal mainnya gulung tikar. Toyota bahkan secara detil membagi "perubahan menuju ke perbaikan" menjadi 2. Pertama adalah inovasi, yaitu perubahan yang sifatnya dramatis, memerlukan biaya yang tinggi, memerlukan waktu yang relatif lama, dilakukan oleh profesional dan hanya datang sewaktu-waktu. Perubahan kedua disebut sebagai Continous Improvement, yaitu perubahan yang kecil-kecil, biaya minimal, tidak memberikan kesan, bisa dilakukan setiap saat, mempunyai nilai-tambah dan harus dilakukan oleh seluruh sumber daya yang ada. Keberadaan dua jenis perubahan ini sifatnya mutlak. Organisasi yang membiarkan inovasi biasanya akan lebih "berantakan". Andy Groove, mantan CEO Intel bahkan mengatakan bahwa iklim dan budaya inovasi kadang-kadang melahirkan kekacauan. Grove menasehati para manajernya agar lebih berani bereksperimen, tidak takut salah, berpikir out of the box, dan "membiarkan kekacauan berkuasa".

Agak sulit memplotkan teori inovasi ke operasi MEPI. Innovative sudah didaulat menjadi salah satu values kita. Penjabarannya dalam bentuk perilaku dapat kita lihat di Medco Leader Statement. Bulan depan kita akan mengadakan Innovation Night untuk merayakan gebyarnya inovasi. Tetapi apakah itu cukup?. Ternyata jauh dari itu. Baik inovasi maupun Continous Improvement belum menjadi bagian dari cara kerja kita. Pengkondisiannya belum dilakukan, iklim belum tercipta, values belum terinternalisasi dan budaya belum terbentuk. Padahal kedua jenis perubahan itu secara bersama-sama mutlak dibutuhkan. Keduanya harus dilakukan pada semua fungsi, pelbagai lini operasi dan antar bubbles. Dalam beberapa hal, yang terjadi justru kebalikannya. Ini yang mengindikasikan bahwa inovasi dan Continous Improvement belum secara sengaja didorong. Jikalau ini semua dimulai hari ini, mungkin belum terlambat, tetapi jika menundanya sampai besok, bisa jadi kita ditinggal oleh pesaing-pesaing dan ditinggalkan para stake holder kita. Jangan sampai lupa : Inovasi atau mati.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar