Selasa, 27 April 2010

Jangan Menyerah

1 Syawal 1430 H, Iedul Fitri telah sampai, Lebaran telah tiba. Minggu pagi, 20 September 2009, pukul 08.00, saya selesai mandi dan mengenakan baju koko cokelat muda, sambil menunggu anak laki-laki saya yang sedang Sholat Ied di mesjid Al Abror, sekitar 200 meter dari rumah kami. Juga sambil menunggu tetangga-tetangga yang, biasanya, seusai Sholat Ied "menyerbu" rumah kami untuk bersilaturakhmi Lebaran, sambil bermaaf-maafan. Anak perempuan saya duduk di ruang keluarga, sambil nonton siaran langsung sholat Ied di TV dari mesjid Istiqlal dan mengalungkan head phone iPod, entah lagu apa yang sedang dinikmatinya. Lebaran adalah momen yang sangat indah bagi saya untuk mengingat masa kecil di desa Bejalen, 30 km sebelah selatan Ambarawa, tempat tinggal kedua eyang saya yang sudah cukup sepuh. Eyang putri selalu memanjakan kami dengan masakan lebaran khas Jawa dan menyajikannya persis setelah eyang kakung pulang dari Sholat Ied. Masa yang tak mungkin diputar-ulang kembali.

Meski tak begitu jelas dari dalam rumah kami, terdengar khotbah Ied dari pengeras suara mesjid Al Abror. Entah siapa namanya, sang khatib mempunyai intonasi yang memikat, warna suara sangat berat dan dengan nada yang berapi-api. Dengan sengaja, saya pasang kedua telinga saya untuk mendengar khotbah tersebut, yang ternyata sangat menarik. Dia menerangkan tentang faedah puasa dan hakekat Iedul Fitri bagi umat yang percaya. Orang yang percaya kepada Sang Maha Pencipta, diantaranya ditandai dengan tetap adanya Harapan (huruf H besar dari saya) akan suatu masa depan. Harapan yang dijanjikan Sang Maha Pencipta untuk semua ciptaanNya, dengan suatu prasyarat bahwa manusia selalu berusaha dengan sekuat tenaga. Khatib menggunakan kata-kata : Do your best and the rest will be disposed by God. Do your best melahirkan Harapan dalam diri kita, sekaligus menularkan Harapan pada orang lain ketika melihat kerja-lebih yang kita hasilkan. "Sesungguhnya, Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri", begitu sang khatib mengutip ayat Kitab Suci AlQuran dan mengakhiri khotbahnya. Kutipan dari sumber lain mengatakan bahwa : "Akhirnya, yang tinggal hanyalah Iman, Pengharapan dan Kasih". Keduanya mengandung arti yang sama, yang intinya adalah bahwa tidak ada jalan lain bagi manusia selain senantiasa berusaha keras dan kemudian Sang Maha Pencipta akan mengubah nasib mereka menjadi lebih baik. Suatu ungkapan transendental yang layak untuk direnungkan.


Oleh sebab itu, apabila saat ini, kita sebagai suatu organisasi sedang dalam suatu kondisi yang tidak menggembirakan, kalau trend produksi terus menurun, biaya terus naik, statistik SHE tidak menggembirakan, cadangan minyak sulit bertambah, perpanjangan kontrak konsesi belum jelas, dan sederetan keadaan sulit untuk dihadapi suatu entity organisasi profit, maka sesuai khotbah diatas, kita harus selalu memelihara Harapan dengan senantiasa bekerja keras dan tak kenal putus asa. Hanya dengan cara itu, maka kita akan tetap survive sebagai suatu perusahaan.


Samar-samar terdengar lagu Jangan Menyerah, hits populer, yang didendangkan D'Masiv, dari siaran TV rumah tetangga terdekat.


………………………………………………………….


Jangan menyerah, jangan menyerah…..


Jangan menyerah..ah…ah…ah


Jangan menyerah, jangan menyerah….


Jangan menyerah..oh…oh…oh…



Tuhan pasti kan menunjukkan


Kebesaran dan kuasanya


Bagi hambanya yang sabar


Dan tak kenal putus asa


………………………………………………………….


Selamat Lebaran 1430 H – Mohon maaf lahir batin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar