Selasa, 27 April 2010

Sumur Resapan

1 Juli 2009 adalah hari ulang tahun yang keempat rumah saya tidak lagi membuang air bersih atau air limbah ke selokan didepan rumah saya. Saya ingat benar, bahwa sejak 1 juli 2005, proyek pembuatan sumur-sumur resepan air, baik bersih maupun limbah selesai sudah dan mulai dioperasikan. Mengapa hal ini selalu saya ingat-ingat, bahkan saya peringati secara khusus ? Pertama, karena saya pribadi sudah mulai merasakan langsung manfaat dari pembuatan sumur resapan ini. Yang kedua, meskipun baru sangat sedikit, 18 rumah tetangga di RT kami, mulai meniru praktek yang "baru" 4 tahun ini saya lakukan. Ketiga, saya merasa GR, bahwa dalam porsi yang mungkin belum berarti, saya ikut menjaga kelestarian air tanah disekitar rumah saya.

Bulan Juli 2005, memang belum benar-benar memasuki musim kemarau. Tetapi, sumur, sumber air bersih di rumah kami, sudah mulai menyusut, dan ini bukan kali pertama kami mengalaminya. Banyak tetangga, bahkan lebih dulu sudah kekurangan air bersih dan banyak pula yang bahkan sudah membelinya. Kebiasaan yang sering kami lakukan adalah, memanggil tukang bor, dan memperdalam sumur yang sudah ada. 3-5 meter digali tambahan, dan memang air mengalir kembali. Tapi, tahun depan kesulitan yang sama akan kami hadapi lagi. Begitu ritual yang selalu berulang terjadi. Air bersih di banyak daerah di Pulau Jawa ini, memang sudah masuk dalam kategori "lampu merah", bahkan mungkin sudah hamper hitam. Permukaan air tanah terus menurun dan abrasi air laut terus mengurita masuk ke pedalaman. Air tanah di sekitar Bogor, bahkan sudah asin dan licin untuk mandi, jangan ditanya bagaimana di Tanjung Priok atau Glodok. Dan menyerbu daerah perumahan kami disekitar Bintaro, kira-kira 60 km, ditarik garis lurus dari pantai Laut Jawa. Sampai akhirnya, seorang teman mengusulkan agar saya membuat sumur-sumur resapan. Prinsipnya adalah : "Jangan sampai setitik air apapun (bersih atau kotor) keluar dari halaman rumah anda". Saya membuat 5 sumur resapan. 3 air bersih dan 2 air limbah. Yang pertama untuk menampung air hujan, dan semaksimal mungkin kami dekatkan dengan sumur kami, yang kedua untuk menampung air buangan mandi, cuci, dan masak, dan kami taruh sejauh mungkin dari sumur. Alhamdulliah, manfaat sudah mulai terasa. Kami tidak lagi kekeringan bila musim kemarau tiba. Selokan didepan rumah menjadi kering, nyamuk semakin jarang, halaman menjadi lebih mudah ditumbuhi tanaman, dan tikus-tikus tidak merajalela memasuki halaman rumah kami.

Coba anda bayangkan akibatnya, apabila seluruh rumah di RT kami menerapkan system resapan ini, bagaimana bila seluruh tetangga RW, atau seluruh Kelurahan, atau bahkan seluruh rumah di JaBoDeTaBek. Bagaimana kalau anda sekalian juga melakukan hal yang sama, dan masing-masing diikuti oleh banyak tetangga disekitar rumah anda. Mungkin lebih banyak lagi manfaat yang akan bias kita petik. Banjir akan menghilang, demam berdarah, dan penyakit-penyakit endemic lainnya akan menyusut dan Pulau Jawa akan semakin kelihatan hijau royo-royo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar